Detik-detik Terakhir Ramadhan

Sebentar lagi Bulan Ramadhan mau meninggalkan kita.

Diakhir-akhir Ramadhan, seperti hari ini, ada sebuah sunnah Rasulullah yang tidak pernah beliau tinggalkan sampai akhir hayat beliau.

Sahabat pasti udah bisa nebak, “yah palingan I’tikaf dimasjid”. Iya emang yang ana maksud I’tikaf sepuluh hari terakhir Bulan Ramadhan.

Sebelum kita membahas lebih dalam tentang I’tikaf, sengaja ana kedepankan masalah ini dengan tujuan agar dalam proses ibadah puasa yang sedang kita jalani ini benar-benar menjadi ajang latihan sehingga keluar menjadi “alumni ramadhan” yang berkualitas. Latihan beribadah yang merupakan kesempatan emas yang tinggal 12 hari lagi mari kita evaluasi, cek dan renungkan apa yang kurang, bagaimana agar lebih efektif, efisien dan menghasilkan sesuatu yang berharga bagi kita kaum muslimin.

Itikaf secara bahasa adalah tinggal di masjid dengan niat tertentu karena taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Itikaf yang hukumnya sunnah muakkadah adalah bagian ibadah di bulan ramadhan.

Azam berkata : sebetulnya disunahkan bagi kaum muslimin semampu dan semaksimalnya mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah guna meminta pahalaNya dan mengikuti jejak Rasulallah-Nya, karena beliau telah terus-menerus melaksanakan itikaf di setiap bulan ramadhan. Dalilnya adalah pertama, telah sepakat para ulama bahwasannya itikaf itu telah disyariatkan. Kedua, dari Aisyah RA bahwasannya nabi SAW beritikaf di sepuluh terakhir bulan ramadhan, itu dilakukan sampai akhir hayatnya. Sepeninggalan nabi, istri-istrinya dan para sahabat melanggengkan ibadah itikaf ini (HR Bukhari Muslim).

Ibadah kepada Allah, apapun macam dan namanya mempunyai aturan dan petunjuk sebagaimana yang disuritauladankan nabi Muhammad SAW. Agar ibadah itikaf ini sesuai apa yang diharapkan, maka paling tidak kita mesti mengikuti langkah-langkah yang dicontohkan nabi. Langkah-langkah itu adalah

(1) Rukun itikaf, ini terdiri dari: Satu, niat adalah sesuatu yang urgen dan asasi karena kekokohan niat akan berimplikasi atau berefleksi berbanding lurus dengan niat itu sendiri. Segala rencana dan tujuan di dunia ini tergantung niat, makanya Rasuluallah SAW bersabda: “Sesungguhnya segala perbuatan atau amal itu tergantung pada niat….(HR. Bukhari). Kedua, berdiam di masjid, ini sesuai dengan firman Allah: “….Dan telah Kami perintahkan kepada Ibarahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang itikaf, yang ruku dan yang sujud“. (QS. Al-Baqarah 125).

(2) Tempat dan waktu. Tempatnya seperti disinggung di atas adalah di masjid, adapun waktunya adalah sepuluh terakhir bulan ramadhan, meski demikian boleh juga dari awal sampai akhir ramadhan.

(3) Etika itikaf. Itikaf mempunyai etika, disunahkan bagi orang yang beritikaf memegang etika ini agar amalannya diterima. Tatkala orang tersebut menjaga etika maka pahala akan diperoleh dari Allah SWT. Disunahkan juga kepada orang yang beritikaf menyibukkan diri dengan membaca Al-Quran, berdoa dan berdikir kepada Allah, menjauhi perkataan dan perbuatan yang tidak berguna dan ketaatan-ketaatan lainnya. Hal yang penting lagi adalah jangan dijadikan ajang ngerumpi yang membuang-buang waktu. Begitu juga ada orang yang meninggalkan pekerjaannya demi melaksanakan itikaf, dalam hal ini boleh apabila telah mendapatkan izin dari istri misalnya. Hanya saja menjadi kurang bijak apabila meninggalkan tanggung jawabnya, misalnya dengan meninggalkan pekerjaan. Karena menafkahi istri wajib dan itikaf hukumnya sunah, maka dahulukan menafkahi istri.

(4) Larangan itikaf. Pertama, itikaf gugur apabila keluar dari masjid kecuali untuk buang air kecil, bersuci, makan dan kebutuhan lainnya. Kedua, mencampuri wanita, firman Allah SWT : “…… janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam masjid…..” (Al-Baqarah 187). Ketiga, apabila perempuan yang beritikaf haid atau nifas maka wajib baginya keluar dari masjid untuk menjaga kebersihan masjid. Keempat, wanita yang sedang beritikaf yang ditinggal suami meninggal dunia maka menunaikan ibadahnya adalah di luar mesjid. Keenam, orang murtad tidak sah itikafnya.

Pendidikan.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam itikaf. Pertama, sosialisasi definisi ibadah secara universal. Itikaf mengoriginalkan kepada yang melakukannya definisi ibadah akan hak Allah Azza wa Jalla, dimana manusia diciptakan tiada lain untuk beribadah, firmanNya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mangabdi kepada-Ku. (QS: Adz-Dzaariyat 56), dimana manusia telah menghibahkan diri dan waktu semuanya untuk ibadah.

Kedua, mendapatkan lailatul qodar, yaitu salah satu tujuan dari itikafnya Rasulallah SAW dimana beliau memulai itikafnya di awal ramadhan kemudian memasuki pertengahan guna mendapatkannya. Tatkala beliau mengetahui bahwasannya lailatul qodar di sepuluh terakhir ramadhan, maka beliau hanya beritikaf di sepuluh terakhir itu.

Ketiga, membiasakan tinggal di masjid. Orang yang beritikaf diharuskan tinggal di masjid dengan waktu yang ditentukan. Terkadang orang yang beritikaf secara kemanusiaan merasa tidak betah di permualaan itikaf, akan tetapi rasa tidak betah ini dengan cepat akan jungkir balik secara pembelajaran dimana jiwa seorang muslim akan merasakan nyaman dan tumaninah berdiam di masjid.

Keempat, lebih jauh pentingnya tinggal/itikaf di masjid berimplikasi pada:

  • a– Orang yang mencintai tinggal di masjid dan mengetahui kapasitas rumah Allah, dimana ini mempunyai nilai di sisiNya; yaitu golongan yang dilindungi Allah di hari yang tidak ada lindungan kecuali lindunganNya.
  • b– Orang yang tinggal di masjid sambil menunggu shalat, menunggunya sama dengan pahala mengerjakan shalat dan malaikat meminta ampunan kepada Allah untuknya. Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya malaikat mendoakan kalian selama di masjid dan dalam keadaan suci; Ya Allah ampunilah dan kasihanilah……(HR. Bukhari).
  • c– Jauh dari kehidupan mewah dan zuhud dalam urusan dunia.
  • d– Mengenyahkan kebiasaan-kebiasaan yang non produktip.
  • e– Pembelajaran sabar yang terus-menerus, sabar dari mengekang diri, makanan, istri, kasur empuk dan banyak lagi.

Tujuan itikaf

Tujuannya antara lain untuk mendapatkan lailatul qadar, bersama dengan Allah Azza wa Jalla dan sebisa mungkin sedikit hubungan dengan banyak manusia sehingga hatinya jinak dengan Allah SWT, memperbaiki hati, memaksimalkan untuk ibadah: membaca Al-Quran, shalat, berdoa dan berdikir, menjaga kualitas puasanya dari hawa nafsu, meminimalisir dalam keduniaan dan mampu berinteraksi dengan apa adanya.

Universitas ruhani tertinggi

Di dunia pesantren dikenal nama tirakat, yaitu menjalani kehidupan dengan sesederhana mungkin. Kata tirakat bahasa tempatan yang pada mulanya adalah tarekat. Itikaf yang sesuai dengan aturan akan menghasilkan pribadi-pribadi tanggguh dan unggul. Kita ambil contoh kecerdasan emosional/akhlak ini menempati point paling tinggi daripada cara berpikir dan adat bawaan seseorang. Seperti baru-baru ini pemilihan hakim agung dari 49 orang calon yang terjaring hanya beberapa orang, yang lainnya tidak masuk kategori karena cacat akhlak. Jadi disini terlihat sekali biasnya nilai akhlak sangatlah penting bahkan mempunyai skor 35 point, lainnya 20-an.

Madhab falsafah juga menyinggung masalah ruhani ini, dimana hakekat tertinggi manusia ditentukan oleh akhlaknya, artinya sehebat apapun orang itu bila ahklaknya minus tidak mustahil akan lebih hina daripada hewan. Memang tidak mudah untuk mencapai maqom itu (universitas ruhani tertinggi) dan memang tidak sembarang orang bisa melakukan itikaf dengan baik dan benar. Mudah di teori, butuh perjuangan dan kesabaran dalam tataran praktek. Tapi bukan tidak mungkin apabila kita sering riyadhah latihan sedikit demi sedikit akan mencapai maqomnya. Riyadhah yang intensif juga tidak ada artinya kalau makanan yang kita makan dari barang haram. Alangkah dahsyatnya apabila zat halal menyatu dan bertemu dengan zat/nilai-nilai yang maha luhur dari Tuhan.

Dengan melakukan itikaf yang baik dan benar seperti diterangkan di atas, seorang mutakif akan mendapatkan hikmah dan keutaman tentunya. Semoga kita meraih menejmen qalbunya ala Rasul, amien. Wallahu Alamu Bishawab.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top