Ust. Muklas Serahkan Wasiat ke Anak

Jumat, 23 Nov 2007

Pelaku Bom Bali Minta Eksekusi Tak Ditunda
CILACAP – Di tengah menanti kepastian eksekusi mati, Muklas alias Ali Gufron kemarin kedatangan istri dan keenam anaknya. Terpidana bom Bali I yang kini mendekam di Lapas Batu, Nusakambangan, itu tampak bahagia dan langsung membuat wasiat untuk putra putrinya itu.

Amrozi dan Imam Samudra, rekan Muklas yang kini juga menghitung hari menunggu eksekusi mati, juga terlihat gembira menyambut tamu istimewa tersebut. Lebih-lebih Amrozi karena anak-anak Muklas adalah keponakan sendiri. Amrozi yang terkenal dengan senyum khasnya itu adalah adik kandung Muklas.

Kunjungan Farida, istri Muklas, dan enam buah hatinya itu adalah rangkaian silaturahmi Lebaran. Kunjungan Lebaran ini juga dilakukan anak istri Amrozi dan Imam Samudra beberapa waktu lalu.

Rombongan keluarga Muklas yang berjumlah 26 orang itu tiba di Dermaga Wijayapura, Cilacap, sekitar pukul 09.15 WIB. Farida yang sekarang menjadi warga negara Malaysia tampak tidak nyaman dengan kilatan kamera.

Di Wijayapura, mereka diperiksa cukup ketat serta harus meninggalkan KTP dan paspor. Sekitar pukul 10.15, rombongan menggunakan Kapal Pengayoman menuju Dermaga Sodong, Nusakambangan. Tiba di lapas sekitar pukul 10.45.

Muklas begitu melihat anak istrinya langsung bertakbir seperti biasanya. Begitu juga Imam Samudra dan Amrozi. Ketiganya tampak ceria dengan menebar senyum kepada semua yang hadir di ruang besuk lapas.

Muklas yang mengenakan baju koko warna cokelat langsung mencium istri dan anak-anaknya. Sedangkan Imam Samudra yang mengenakan jubah putih bersama Amrozi langsung berdiskusi dengan TPM yang dipimpin Ahmad Michdan. Meskipun tidak bisa terdengar dari luar -ruangan tersebut memang dibuat kedap suara-, Muklas tampak ceria berkumpul dengan istri dan anak-anaknya.

Dia memilih berkumpul di sudut ruangan dan tampak serius berbincang dengan istri dan anak-anaknya. “Kedatangan istri saya sekadar silaturahmi. Sebab, sejak Idul Fitri lalu, dia belum sempat datang ke sini,” ujar Muklas, yang pernah menjadi guru di Ponpes Lukmanulhakim, Malaysia.

Pria asal Tenggulun, Lamongan, itu menulis surat wasiat di hadapan istrinya. Intinya, meminta istri dan anak-anaknya selalu berpegang teguh kepada ajaran Islam yang benar, yang datang dari Allah dan rasulnya.

Wasiat tersebut dimaksudkan, jika sewaktu-waktu dirinya benar-benar dieksekusi, sudah meninggalkan pegangan sehingga anak dan istrinya bisa meneruskan perjuangannya. “Pertahankan itu, meski tubuh kalian terpotong-potong,” tegasnya.

Surat wasiat tulisan tangan Muklas yang berisi 13 item itu dibacakan di hadapan wartawan. Sebagian besar isinya ditujukan kepada istri, anak, dan keluarganya.

Yang paling tegas, Muklas melarang anak dan keturunannya menjadi polisi, TNI, dan PNS. Sebab, menurut pendapat dia, gaji yang diperoleh adalah haram sebagaimana menurut pendapat ulama yang diikutinya.

Selain itu, Muklas mengecam penulis buku berjudul Mereka Adalah Teroris. Dia menilai, Lukman saat itu kurang ilmu. Bahkan, dia tampak emosi ketika menjelaskan penulis menjelek-jelekkan ulama yang selama ini diikutinya.

Saat ditanya kesiapannya menghadapi eksekusi, Muklas hanya berharap agar eksekusi tidak ditunda-tunda. “Sekarang yang berkuasa kan SBY. Jadi, kalau SBY bilang eksekusi, pasti itu akan dilaksanakan. Namun, saya yakin, meskipun saya dieksekusi, perjuangan menegakkan Islam tidak akan mati,” katanya.

Muklas juga menyatakan tidak habis pikir terhadap orang yang meminta agar eksekusi ditunda dengan alasan kalau dirinya dieksekusi nanti dianggap pahlawan. “Saya tidak ingin dianggap pahlawan. Haram bagi saya dikubur di makam pahlawan yang dihuni oleh orang-orang kafir,” jelasnya.

Imam Samudra yang diwawancarai di tempat berbeda menyatakan tidak menyesal menjadi pelaku bom Bali. Sebab, menurut dia, saat itu dirinya melihat kemaksiatan yang terlihat nyata di Pulau Bali. Namun, dia menyesalkan mengapa saat itu ada muslim yang ikut menjadi korban.

“Kalau ngebom-nya, saya tidak menyesal. Yang saya sesalkan, mengapa ada muslim ikut terbunuh,” katanya.

Bahkan, lelaki yang mahir berbahasa Inggris itu mengaku tidak mengira bahwa dampak ledakan bom yang dirakitnya akan sebesar itu. “Saya percaya, itu kehendak Allah. Sebab, kalau dihitung secara matematis, tidak akan sedahsyat itu,” katanya, lantas tersenyum.

Saat wartawan mencecar pertanyaan terkait banyaknya ulama yang mengatakan bahwa jihad yang dilakukan kelompoknya adalah salah dan keliru, Imam Samudra cepat-cepat membantah. Menurut dia, masalah jihad tentu ada versi masing-masing. Jadi. tindakannya tidak bisa disalahkan.

Bahkan, dia mengklaim bahwa jihad yang dilakukan merupakan satu-satunya jihad yang murni untuk menegakkan syariat Islam. Tak hanya itu, dia juga mengecam pemberitaan-pemberitaan yang dinilai tidak seimbang dan mengopinikan bahwa tindakannya salah. (yan/amu/jpnn)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top